Oleh Rifai Anas Amirul Huda.
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Di tengah merebaknya berita tentang
begitu cepatnya persebaran virus corona atau COVID-19 yang ada di Indonesia,
pemerintah Indonesia melalui mentri pendidikan dan kebudayaan Republik
Indonesia per tanggal 13 April
2020 melakukan inisiasi dengan membuat program Belajar dari Rumah yang akan
ditayangkan di TVRI. Adanya program belajar di rumah yang ditayangkan di TVRI
ini dinilai sebagai solusi untuk terselenggaranya pendidikan bagi semua
kalangan di masa darurat Covid-19, khususnya membantu masyarakat yang memiliki
keterbatasan pada akses internet, baik karena ekonomi maupun letak geografis.
Salah
satu tayangan TVRI yang diperuntukan untuk jenjang pendidikan anak usia dini
atau PAUD ditempatkan pada jam 08;00 sampai 08;30, acara yang sering diputar
dalam program belajar dari rumah untuk PAUD ini adalah kartun “jalan sesama”.
Kartun ini sebenarnya adalah kartun lama, muncul pertama kali di layar Indonesia mulai
tanggal 18 Februari 2008. Acara ini diproduksi oleh Creative
Indigo Productions, yang berhubungan dengan Sesame Workshop. Kartun ini dulu
disiarkan di TV swasta TRANS7 lalu sempat pindah ke kompas TV dan muncul
kembali menemani kita di tengah pandemi COVID-19 ini.
Kartun ini berlatar belakang di sebuah
desa kecil di Jalan Sesama, tampak diperlihatkan banyak rumah-rumah yang
bersih, asri dengan tanaman dan pepohonan. Papan tulisan seperti reparasi gigi
dan sedot WC-pun ikut menghiasi. Dalam satu kampung tersebut terdapat
karakter-karakter lucu yang siap menemani penonton untuk belajar dan mengisi
waktu pagi selama pandemi COVID-19 ini. Karakter-karakter tersebut diantaranya
Tantan, Momon, Jabrik, Putri. Setiap karakter mempunyai ciri khasnya
masing-masing, misalnya Tantan, dia tinggal di pohon dan penyuka sayur serta
buah-buahan.Selain itu ada Momon, sosok karakter yang digambarkan suka membaca,
ada pula Jabrik, karakter badak bercula satu dengan rambutnya yang nyentrik,
dan masih banyak karakter lainnya.
Sebagai tayangan yang diperuntukan untuk
jenjang anak-anak pra-sekolah, jalan sesama meyajikan beragam konten-konten
yang tentunya cocok untuk usia anak-anak. Konten-konten tersebut diantaranya
tentang bernyanyi, berhitung, membaca dan muatan-muatan budaya lainnya seperti
mengajak anak untuk makan sayur atau mengajak anak untuk mengenal flora dan
fauna.
Salah satu muatan dalam tayangan jalan
sesama adalah kesehata mental. Muatan ini mungkin tidak akan telihat jika kita
tidak memperhatikannya secara implisit. Ditengah membumingnya kesehatan mental
yang ada di masyarakat melalui platform-platform online seperti riliv dan
kawan-kawan, tayangan jalan sesama ini lebih dulu dan berani mengenalkan
kesehatan mental pada anak-anak.
Dari hemat penulis ada beberapa gangguan
mental yang dialami oleh karakter-karater dalam kartun jalan sesama, misalnya
saja Obsessive Compulsive disorder yang ditunjukkan oleh karakter Count. Dakam
tayangan jalan sesama, karakter Count digambarkan sebagai karakter yang suka
berhitung. Akan tetapi keinginan berhitung yang ditunjukkan Count ini tidak
wajar, Count mempunyai keinginan dan menunjukkan perilaku berhitung pada setiap
hari dan semalaman.
Selain itu juga ditampilkan karakter Oscar The Grouth yang
tidak pernah lepas dari tempah sampahnya. Oscar The Grouth ini mempunyai
keinginan untuk mengumpulkan dan menimbun barang-barang tidak berguna seperti
ditunjukkan sepatu yang telah usang pemberian ibunya yang masih disimpan dan
berbagai macam barang lainnya yang telah usang dan masih disimpannya. Dengan
kata lain yang dialami Oscar The Grouth ini secara psikologis dapat disebut
sebagai compulsive hoarding atau tidak bisa mengendalikan dirinya untuk
menimbun barang. Ada lagi sosok Ernie, teman dekat Bert ini digambarkan selalu
kesulitan tidur dan melakukan hal-hal aneh agar bisa tertidur, misalnya
menghitung domba, menari dan bernyanyi. Dalam segi psikologis ini biasanya
disebut gangguan tidur insomnia. Masih banyak lagi karakter-karakter dalam
tayangan jalan sesama yang menggambarkan gangguan mental seperti binge eating
pada cookie monster atau multiple personality disorder pada two-headed monster.
Menggagas pengenalan kesehatan mental
pada zaman sekarang sudah menjadi kebutuhan bagi semua orang. Anak yang sejak
dari kecil dikenalkan kesehatan fisik maupun mental, nantinya ketika mereka
tumbuh diharapkan dapat mengerti kebutuhan akan fisik dan mental mereka.
Sebagaimana yang WHO laporkan bahwa 450 juta orang di seluruh dunia memiliki
gangguan kesehatan mental, dengan prevalensi 20% kejadian terjadi pada
anak-anak (O’Reilly, 2015). Dengan angka kejadian yang meningkat setiap
tahunnya, memperluas pengetahuan terkait kesehatan mental pada anak dan remaja
menjadi hal yang penting.
Tayagan kartun jalan sesama mampu
memberikan contoh-contoh dari perilaku gangguan mental secara jelas tanpa perlu
bertele-tele memberikan penjelasan misalnya, insomnia adalah..., ciri-cirinya
bagaimana dll. Secara teoritis apa yang disampaikan dalam tayangan jalan sesama
ini selaras dengan tahapan perkembangan anak menurut Jean Piaget. Menurut
Piaget anak-anak berusia 7-11tahun dikategorikan dalam tahap berpikir
operasional konkret. Menurut Piaget anak pada tahap operasional konkret hanya
menggunakan penalaran induktif saja. Yang dimaksud dengan penalaran induktif
adalah tipe pemahaman logika yang dimulai dari observasi objek atau peristiwa
untuk menyimpulkan keseluruhan dari objek yang telah diobservasi tersebut.
Pengenalan kesehatan mental melalui
tayangan jalan sesama merupakan implementasi dari apa yang pernah Brown (1977)
katakan, bahwa fungsi edukasi media
televisi lebih optimal dibandingkan jenis media massa lain karena sifat khas
yang dimiliki oleh media itu sendiri. Sesuai dengan fungsinya, televisi sangat
memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai media pendidikan, karena dapat
memberikan rangsangan, membawa serta, memicu, membangkitkan, memengaruhi
seseorang untuk melakukan sesuatu, memberikan saran-saran, memberikan warna,
mengajar, menghibur, memperkuat, menggiatkan, menyampaikan pengaruh dari orang
lain, memperkenalkan berbagai identitas (ciri) sesuatu, memberikan contoh,
proses internalisasi tingkah laku, berbagai bentuk partisipasi serta
penyesuaian diri, dan lain-lain.
Adapun demikian dalam tayanagan jalan
sesama dalam mengenalkan kesehatan mental pada anak-anak ini hendaknya ditemani
dengan orang tua. Orang tua harus mendampingi anak dalam proses observasi dan
pemaknaan sehingga hasilnya akan opimal. Hurlock (1997) mengatakan tokoh
televisi memberi model untuk berbagai peran dalam kehidupan, perilaku yang
sesuai dengan jenis kelamin dan karier. Teori kultivasi menyebutkan bahwa
anak-anak akan berpeluang meniru apa yang dilihatnya, baik dalam keseharian
maupun dalam media massa. Media berperan dalam membentuk sebagian dari
kepribadian anak-anak. Jika media televisi secara gamblang menyajikan
adegan-adegan visual dalam program untuk anak-anak, maka dari situlah pada
mulanya anak-anak melakukan proses peniruan. Proses peniruan semakin terjadi
jika anak-anak tergolong sebagaipenonton kelas berat (heavy viewer). Dalam
teori kultivasi, penonton kelas berat merupakan penonton yang memiliki
intensitas menonton lebih tinggi dibandingkan penonton lainnya dalam satu
komunitas. Penonton kelas berat akan menganggap apa yang ditampilkan televisi
mirip dengan realitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jika anak-anak
tergolong penonton kelas berat, maka televisi dapat memberi pengaruh
berkelanjutan atau jangka panjang.
Dalam rangka menanggulangi efek negatif
dari pemaknaan yang salah pada anak, maka diperlukan pendampingan orang tua
terkait penjelasa kesehatan mental yang ada dalam tayangan jalan sesama.
Sebelum itu alangkah baiknya juga orang tua dapat memahami seluk-beluk
kesehatan mental.
Daftar
Pustaka
Agustina,
W. (2007). Belajar Bersama di Jalan Sesama. Jakarta: Majalah Tempo.
Budiman, Dr. Muhsinatun Siasah,. (2014). MUATAN PENDIDIKAN
LINGKUNGAN DALAM TAYANGAN JALAN SESAMA. Journal.uny.ac.id, 33-46.
Elly Yuliandari, Mery Philia Elisabeth, Ktut Dianovinna,
Taufik Akbar Rizki Yunanto, AfinnisaRasyida. . (2019). Kesehatan Mentak
Anak dan Remaja. Bandung: Graha Ilmu.
Gilsdorf, E. (2012, October 25). Sesame Street as
Psychological Primer; The characters on Sesame Street suffer from many
disorders in the DSM-IV. Retrieved from Psychologytoday.com:
https://www.psychologytoday.com/intl/blog/geek-pride/201210/sesame-street-psychological-primer
Idhom, A. M. (2020). Mendikbud: Program Belajar dari
Rumah Disiarkan TVRI Mulai 13 April. Jakarta: Tirto.id.
Jalan Sesama. Youtube (2019, October 24).
Jalan
Sesama Full Episode [Berkas Video]. Diakses
dari: https://www.youtube.com/playlist?list=PLWdiFIQMGU0dj3cKZJhaCaOnt4F-KN9je
Kim, J. (2019). Sesame Street creating addiction
awareness with new character. Canada: ontario.cmha.ca.
susilawaty, D. (2014). Pengaruh Tayangan Asing.
Jakarta: Republika.co.id.
0 comments:
Post a Comment