Harianblora.com Mengucapkan Selamat Menjalankan Puasa Ramadan&Mengajak Warga Jaga Kesehatan&Memutus Penyebaran Corona

Latest News

Kabar bahagia! bagi Anda, mahasiswa, guru, dosen dan siapapun yang ingin menerbitkan buku mudah dan murah, silakan kirim naskah ke formacipress@gmail.com dan kunjungi www.formacipress.com

Thursday 14 May 2020

Mengenalkan Kesehatan Mental Pada Anak Usia Dini Melalui Kartun Jalan Sesama


Oleh Rifai Anas Amirul Huda.
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya

Di tengah merebaknya berita tentang begitu cepatnya persebaran virus corona atau COVID-19 yang ada di Indonesia, pemerintah Indonesia melalui mentri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia per tanggal 13 April 2020 melakukan inisiasi dengan membuat program Belajar dari Rumah yang akan ditayangkan di TVRI. Adanya program belajar di rumah yang ditayangkan di TVRI ini dinilai sebagai solusi untuk terselenggaranya pendidikan bagi semua kalangan di masa darurat Covid-19, khususnya membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan pada akses internet, baik karena ekonomi maupun letak geografis.

Salah satu tayangan TVRI yang diperuntukan untuk jenjang pendidikan anak usia dini atau PAUD ditempatkan pada jam 08;00 sampai 08;30, acara yang sering diputar dalam program belajar dari rumah untuk PAUD ini adalah kartun “jalan sesama”. Kartun ini sebenarnya adalah kartun lama, muncul pertama kali di layar Indonesia mulai tanggal 18 Februari 2008. Acara ini diproduksi oleh  Creative Indigo Productionsyang berhubungan dengan  Sesame Workshop. Kartun ini dulu disiarkan di TV swasta TRANS7 lalu sempat pindah ke kompas TV dan muncul kembali menemani kita di tengah pandemi COVID-19 ini.

Kartun ini berlatar belakang di sebuah desa kecil di Jalan Sesama, tampak diperlihatkan banyak rumah-rumah yang bersih, asri dengan tanaman dan pepohonan. Papan tulisan seperti reparasi gigi dan sedot WC-pun ikut menghiasi. Dalam satu kampung tersebut terdapat karakter-karakter lucu yang siap menemani penonton untuk belajar dan mengisi waktu pagi selama pandemi COVID-19 ini. Karakter-karakter tersebut diantaranya Tantan, Momon, Jabrik, Putri. Setiap karakter mempunyai ciri khasnya masing-masing, misalnya Tantan, dia tinggal di pohon dan penyuka sayur serta buah-buahan.Selain itu ada Momon, sosok karakter yang digambarkan suka membaca, ada pula Jabrik, karakter badak bercula satu dengan rambutnya yang nyentrik, dan masih banyak karakter lainnya.
Sebagai tayangan yang diperuntukan untuk jenjang anak-anak pra-sekolah, jalan sesama meyajikan beragam konten-konten yang tentunya cocok untuk usia anak-anak. Konten-konten tersebut diantaranya tentang bernyanyi, berhitung, membaca dan muatan-muatan budaya lainnya seperti mengajak anak untuk makan sayur atau mengajak anak untuk mengenal flora dan fauna.

Salah satu muatan dalam tayangan jalan sesama adalah kesehata mental. Muatan ini mungkin tidak akan telihat jika kita tidak memperhatikannya secara implisit. Ditengah membumingnya kesehatan mental yang ada di masyarakat melalui platform-platform online seperti riliv dan kawan-kawan, tayangan jalan sesama ini lebih dulu dan berani mengenalkan kesehatan mental pada anak-anak.
Dari hemat penulis ada beberapa gangguan mental yang dialami oleh karakter-karater dalam kartun jalan sesama, misalnya saja Obsessive Compulsive disorder yang ditunjukkan oleh karakter Count. Dakam tayangan jalan sesama, karakter Count digambarkan sebagai karakter yang suka berhitung. Akan tetapi keinginan berhitung yang ditunjukkan Count ini tidak wajar, Count mempunyai keinginan dan menunjukkan perilaku berhitung pada setiap hari dan semalaman.

Selain itu juga ditampilkan karakter Oscar The Grouth yang tidak pernah lepas dari tempah sampahnya. Oscar The Grouth ini mempunyai keinginan untuk mengumpulkan dan menimbun barang-barang tidak berguna seperti ditunjukkan sepatu yang telah usang pemberian ibunya yang masih disimpan dan berbagai macam barang lainnya yang telah usang dan masih disimpannya. Dengan kata lain yang dialami Oscar The Grouth ini secara psikologis dapat disebut sebagai compulsive hoarding atau tidak bisa mengendalikan dirinya untuk menimbun barang. Ada lagi sosok Ernie, teman dekat Bert ini digambarkan selalu kesulitan tidur dan melakukan hal-hal aneh agar bisa tertidur, misalnya menghitung domba, menari dan bernyanyi. Dalam segi psikologis ini biasanya disebut gangguan tidur insomnia. Masih banyak lagi karakter-karakter dalam tayangan jalan sesama yang menggambarkan gangguan mental seperti binge eating pada cookie monster atau multiple personality disorder pada two-headed monster.

Menggagas pengenalan kesehatan mental pada zaman sekarang sudah menjadi kebutuhan bagi semua orang. Anak yang sejak dari kecil dikenalkan kesehatan fisik maupun mental, nantinya ketika mereka tumbuh diharapkan dapat mengerti kebutuhan akan fisik dan mental mereka. Sebagaimana yang WHO laporkan bahwa 450 juta orang di seluruh dunia memiliki gangguan kesehatan mental, dengan prevalensi 20% kejadian terjadi pada anak-anak (O’Reilly, 2015). Dengan angka kejadian yang meningkat setiap tahunnya, memperluas pengetahuan terkait kesehatan mental pada anak dan remaja menjadi hal yang penting.

Tayagan kartun jalan sesama mampu memberikan contoh-contoh dari perilaku gangguan mental secara jelas tanpa perlu bertele-tele memberikan penjelasan misalnya, insomnia adalah..., ciri-cirinya bagaimana dll. Secara teoritis apa yang disampaikan dalam tayangan jalan sesama ini selaras dengan tahapan perkembangan anak menurut Jean Piaget. Menurut Piaget anak-anak berusia 7-11tahun dikategorikan dalam tahap berpikir operasional konkret. Menurut Piaget anak pada tahap operasional konkret hanya menggunakan penalaran induktif saja. Yang dimaksud dengan penalaran induktif adalah tipe pemahaman logika yang dimulai dari observasi objek atau peristiwa untuk menyimpulkan keseluruhan dari objek yang telah diobservasi tersebut.

Pengenalan kesehatan mental melalui tayangan jalan sesama merupakan implementasi dari apa yang pernah Brown (1977) katakan,  bahwa fungsi edukasi media televisi lebih optimal dibandingkan jenis media massa lain karena sifat khas yang dimiliki oleh media itu sendiri. Sesuai dengan fungsinya, televisi sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai media pendidikan, karena dapat memberikan rangsangan, membawa serta, memicu, membangkitkan, memengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu, memberikan saran-saran, memberikan warna, mengajar, menghibur, memperkuat, menggiatkan, menyampaikan pengaruh dari orang lain, memperkenalkan berbagai identitas (ciri) sesuatu, memberikan contoh, proses internalisasi tingkah laku, berbagai bentuk partisipasi serta penyesuaian diri, dan lain-lain.

Adapun demikian dalam tayanagan jalan sesama dalam mengenalkan kesehatan mental pada anak-anak ini hendaknya ditemani dengan orang tua. Orang tua harus mendampingi anak dalam proses observasi dan pemaknaan sehingga hasilnya akan opimal. Hurlock (1997) mengatakan tokoh televisi memberi model untuk berbagai peran dalam kehidupan, perilaku yang sesuai dengan jenis kelamin dan karier. Teori kultivasi menyebutkan bahwa anak-anak akan berpeluang meniru apa yang dilihatnya, baik dalam keseharian maupun dalam media massa. Media berperan dalam membentuk sebagian dari kepribadian anak-anak. Jika media televisi secara gamblang menyajikan adegan-adegan visual dalam program untuk anak-anak, maka dari situlah pada mulanya anak-anak melakukan proses peniruan. Proses peniruan semakin terjadi jika anak-anak tergolong sebagaipenonton kelas berat (heavy viewer). Dalam teori kultivasi, penonton kelas berat merupakan penonton yang memiliki intensitas menonton lebih tinggi dibandingkan penonton lainnya dalam satu komunitas. Penonton kelas berat akan menganggap apa yang ditampilkan televisi mirip dengan realitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jika anak-anak tergolong penonton kelas berat, maka televisi dapat memberi pengaruh berkelanjutan atau jangka panjang.

Dalam rangka menanggulangi efek negatif dari pemaknaan yang salah pada anak, maka diperlukan pendampingan orang tua terkait penjelasa kesehatan mental yang ada dalam tayangan jalan sesama. Sebelum itu alangkah baiknya juga orang tua dapat memahami seluk-beluk kesehatan mental.


Daftar Pustaka
Agustina, W. (2007). Belajar Bersama di Jalan Sesama. Jakarta: Majalah Tempo.
Budiman, Dr. Muhsinatun Siasah,. (2014). MUATAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN DALAM TAYANGAN JALAN SESAMA. Journal.uny.ac.id, 33-46.
Elly Yuliandari, Mery Philia Elisabeth, Ktut Dianovinna, Taufik Akbar Rizki Yunanto, AfinnisaRasyida. . (2019). Kesehatan Mentak Anak dan Remaja. Bandung: Graha Ilmu.
Gilsdorf, E. (2012, October 25). Sesame Street as Psychological Primer; The characters on Sesame Street suffer from many disorders in the DSM-IV. Retrieved from Psychologytoday.com: https://www.psychologytoday.com/intl/blog/geek-pride/201210/sesame-street-psychological-primer
Idhom, A. M. (2020). Mendikbud: Program Belajar dari Rumah Disiarkan TVRI Mulai 13 April. Jakarta: Tirto.id.
Jalan Sesama. Youtube (2019, October 24). Jalan Sesama Full Episode [Berkas Video]. Diakses dari: https://www.youtube.com/playlist?list=PLWdiFIQMGU0dj3cKZJhaCaOnt4F-KN9je
Kim, J. (2019). Sesame Street creating addiction awareness with new character. Canada: ontario.cmha.ca.
susilawaty, D. (2014). Pengaruh Tayangan Asing. Jakarta: Republika.co.id.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Item Reviewed: Mengenalkan Kesehatan Mental Pada Anak Usia Dini Melalui Kartun Jalan Sesama Rating: 5 Reviewed By: Harian Blora