Harianblora.com Mengucapkan Selamat Menjalankan Puasa Ramadan&Mengajak Warga Jaga Kesehatan&Memutus Penyebaran Corona

Latest News

Kabar bahagia! bagi Anda, mahasiswa, guru, dosen dan siapapun yang ingin menerbitkan buku mudah dan murah, silakan kirim naskah ke formacipress@gmail.com dan kunjungi www.formacipress.com

Sunday 19 June 2016

Islam dan Buruh

Oleh M. Yudhie Haryono
Direktur Eksekutif Nusantara Centre

Apa jawaban "Islam" terhadap sistem kapitalisme yang mengeksploitasi buruh untuk menghasilkan nilai lebih (surplus value)?

Apa solusi "Islam" terhadap sistem sosialisme yang membela buruh dengan konsep kebebasan dalam kegiatan ekonomi dengan campur tangan pemerintah sehingga deterministik?

Tidak komprehensif sama sekali. Paling banter, berangkat dari tolak ukur pekerjaan dalam Islam yang menjunjung kualitas. Buruh yang islami adalah buruh yang meningkatkan kualitas kerjanya.

Konfirmasinya dari bunyi teks, “Dan masing-masing orang memperoleh derajatnya dengan apa yang dikerjakannya” (QS. al-An’am: 132). Lalu dikuatkan dng hadis, “Sesungguhnya Allah senang bila salah seorang idari kamu meninggikan kualitas kerjanya.” (HR. Baihaqi). Juga hadis, "berikanlah upah pegawai (buruh), sebelum kering keringatnya” (HR. Ibn Majah).


Sayangnya, teks itu masih menyisakan manusia kelas dua (budak) dan praktek eksploitasi dengan hadiah pahala dan syorga di bbrp tempat dan negara.


Tentu saja, Islam minim teks yang komprehensif walaupun basis-basis kemanusiaannya relatif lumayan. Yaitu basis kesetaraan antar manusia (pemilik dan pekerja). Lihat dalam QS. 49:13. Lalu ada basis keadilan (‘adâlah). Lihat QS. 16:90; 7:29; 16:90; 42:15). Kesetaraan dan keadilan menempatkan para pihak untuk memenuhi perjanjian yang telah mereka buat (QS. 3:17; 2:177; 23:8; 5:1).

Prakteknya Islam hari ini gagal dan tak punya metoda komprehensif kecuali normatif dan romantis.


Melampaui kapitalisme yang destruktif, sosialisme yang deterministik, islam yang normatif, konsep ekonomi-politik Pancasila jauh lebih konprehensif. Walaupun prakteknya kedodoran akibat telikung begundal lokal proksi asing-aseng.

Apa jawaban dan road map kita dalam soal buruh?
1)Kita tidak mengenal buruh. Sbb bangunan kelembagaannya koperasi. Bukan PT dan MNC. Lembaga ini dioperasikan oleh orang-seorang demi kepentingan bersama guna melawan lembaga kapitalisme yang predatorik. Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi warga yang berdasar asas kekeluargaan; kebersamaan; gotong-royong. Satu untuk semua dan semua untuk satu (memiliki semua dan semua memiliki).

Tetapi, keanggotaannya terbuka dan sukarela; pengelolaannya demokratis; hubungannya partisipasi; geraknya kebebasan dan otonomi; program utamanya pengembangan pendidikan, pelatihan, dan informasi komprehensip menzaman.

2)Kita tidak mengenal konglomerasi dan oligarki. Hal ini karena industri dan produksi strategis dikuasai dan diberdayakan oleh negara demi kesejahteraan semua warga negara. Kita haram menyerahkan industri yang menyangkut hajat hidup orang banyak ke swasta: lokal apalagi asing-aseng.

3)Kita tidak mengenal kesenjangan. Sebab dalam konsepnya mengenal pajak progresif dan anti KKN. Musuh utama metoda ekonomi kita itu oligarki, kleptokrasi, kartel dan predatorik yang bekerja secara oligopoli, monopoli dan gerontokrasi.

4)Kita membagi dan meratakan kesejahteraan, pembangunan dan kemartabatan itu kini dan di dunia. Bukan nanti dan di akherat. Metodanya pemerataan yang menumbuhkan. Dari pinggiran dan wilayah termiskin. Demi kelangsungan ekosistem yang dahsyat.

5)Kita mengembangkan prinsip berkeadilan, bermusyawarah, berpersatuan, berkemanusiaan dan berketuhanan secara terus menerus dan di semua jenjang publik: formal, nonformal dan informal.

Hei, bagaimana menurut kalian? Jika ini semua masih konsep, ya ayok kita revolusikan. Cari dan pilih pemimpin yang mau dan tahu.(*)

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Item Reviewed: Islam dan Buruh Rating: 5 Reviewed By: Harian Blora