Harianblora.com Mengucapkan Selamat Menjalankan Puasa Ramadan&Mengajak Warga Jaga Kesehatan&Memutus Penyebaran Corona

Latest News

Kabar bahagia! bagi Anda, mahasiswa, guru, dosen dan siapapun yang ingin menerbitkan buku mudah dan murah, silakan kirim naskah ke formacipress@gmail.com dan kunjungi www.formacipress.com

Wednesday 18 May 2016

Novel Menggapai Bintang, Sebuah Perjalanan Hidup Inspiratif

Penulis Novel Menggapai Bintang,Yan Channiago Bersama Para Narasumber, Moderator, Para Pengisi Acara dan Para Peserta Acara. (Doc. Rumahkayu).
Padang, Harianblora.com - Suatu hari nanti, kita akan menjadi memori bagi sebagian orang. Sebab itu, lakukanlah yang terbaik, berikan karya terbaik, agar kita dikenang.

Agaknya, prinsip itulah yang dijalani Yan Channiago dalam hidupnya, lewat novel Menggapai Bintang (2016) yang ditulisnya. Ia ingin berbagi pengalaman hidup kepada semua orang, untuk meraih kesuksesan.

Novel Menggapai Bintang karya Yan Channiago yang diterbitkan Pena House, Blora, Jawa Tengah ini sukses diluncurkan dan dibedah pada Minggu, (15/5/2016), siang, di Rest and Reading Corner Lantai 2 Toko Buku Sari Anggrek, Jalan Permindo, Padang, Sumatera Barat.

"Kesabaran dilakoni tokoh Aku (Yan) menghadapi beratnya hidup di zaman penjajahan. Pada tahun 1947, ketika Yan masih berusia 4 tahun, ia mengikuti ayah ibunya pindah dari Painan ke Bengkulu. Perjalanan ditempuh dengan pedati, masuk hutan ke luar hutan, naik turun bukit dan lembah. Sebuah perjalanan yang tidak  mudah jika dibandingkan dengan masa sekarang," ujar Muhammad Subhan,

Penulis dan Pegiat Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia, salah seorang narasumber pada acara itu.
Menurut Muhammad Subhan, meskipun tokoh Yan diminta berhenti meneruskan sekolah oleh ayahnya, ketika itu Yan menduduki kelas 3 SMA, karena himpitan ekonomi, namun atas dorongan semangat dari kakak tertuanya, Yan tidak menyerah begitu saja dengan keadaan.

"Di novel ini, kita dapat melihat potret penderitaan pribumi di Bengkulu atas kolonialisasi Belanda. Ketika di dalam barak, Belanda makan roti dan minum susu sambil tertawa, di luar barak, pribumi kelaparan,” kata Muhammad Subhan yang mengutip isi novel itu.

Dia memaparkan, novel ini juga berisi realitas sosial pada waktu itu. Di Tapan, pengarang mereportase musibah yang terjadi di masa itu, yaitu meluasnya wabah penyakit cacar yang menyebabkan kematian penduduk. Reportase lain, di novel ini banyak sekali catatan peristiwa sejarah yang diungkap pengarangnya.

Sementara itu, Denni Meilizon, editor novel dan resentator buku sastra asal Silaping, Pasaman Barat, juga tampil sebagai narasumber pada acara yang dihadiri sekitar 70-an orang ini. Peserta terdiri dari kalangan sastrawan, seniman, pejabat dan mahasiswa se-Sumatera Barat.

Menurut Denni Meilizon, novel Menggapai Bintang tak sekadar novel memoar biasa, ini bisa menjadi referensi sejarah, karena belum pernah saya temukan teks sejarah yang menerangkan kondisi Tapan hingga Bengkulu pada masa itu.


“Novel ini sangat bagus dibaca siapa saja, terutama generasi muda agar tidak mudah untuk berputus asa dan sangat menyemangati kita semua untuk gigih memperjuangkan cita-cita," ujar Denni Meilizon yang juga Koordinator Forum Aktif Menulis (FAM) Wilayah Sumatera Barat.

Yan Channiago, penulis novel Menggapai Bintang, mengungkapkan latarbelakang dirinya menulis novel setebal 224 halaman itu. "Sudah lama saya tulis novel ini, namun tersendat pada bab ke tiga. Ketika saya bertemu Muhammad Fadhli, anggota FAM Sumbar, saya disemangati untuk menyelesaikan novel Menggapai Bintang ini, dan Alhamdulillah, dalam tiga bulan novel ini pun tuntas saya tulis," ucap Yan Channiago, di acara yang dimoderatori Yusrina Sri, General Marketing Rumahkayu Publishing. Acara itu juga dihadiri Puji Atmoko, Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah Sumatera Barat.

Memeriahkan acara, tampil Arif Afsyah, artis IslamicTunes Malaysia yang membawakan OST. Menggapai Bintang, yang liriknya ditulis bersama Yan Channiago dan Muhammad Fadhli. Di samping itu, diselingi pembacaan puisi Muhammad Fadhli, penyair di Padang dan deklamasi puisi spontan penyair nasional, Syarifuddin Arifin.

Pada kesempatan itu juga ditampilkan live acoustic Sahari Ramadhani feat. Silva Petria yang merilis lagu religi keduanya yang bertajuk Syukurku, sebuah lagu yang ditulis Silva Petria. Tidak hanya itu, ikut tampil Nova Eka Putri membawakan musikalisasi puisi yang sengaja ditulis untuk Pak Yan Channiago, sebuah puisi berjudul 'Menjahit Rindu Merah Jambu di Balik Rambut Putih Ayah' yang sebelumnya didahului penampilan beatbox dari SMP N 6 Padang.

"Para peserta memadati Rest and Reading Corner Sari Anggrek. Ini di luar prediksi kami, ternyata acara ini mendapat respon luar biasa sekali dari pecinta literasi di Sumatera Barat," tambah Alizar Tanjung, ketua panitia, yang juga seorang penulis yang baru saja merilis novel terbarunya berjudul ‘Anak-anak Karangsadah’. (Red-HB99).

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Item Reviewed: Novel Menggapai Bintang, Sebuah Perjalanan Hidup Inspiratif Rating: 5 Reviewed By: Harian Blora