Harianblora.com Mengucapkan Selamat Menjalankan Puasa Ramadan&Mengajak Warga Jaga Kesehatan&Memutus Penyebaran Corona

Latest News

Kabar bahagia! bagi Anda, mahasiswa, guru, dosen dan siapapun yang ingin menerbitkan buku mudah dan murah, silakan kirim naskah ke formacipress@gmail.com dan kunjungi www.formacipress.com

Tuesday 24 March 2015

Batu Akik Blora dan Se Karesidenan Pati Jadi Gaya Hidup



Blora, Harianblora.com – Batu akik Blora dan se Karesidenan Pati jadi gaya hidup. Demam batu akik di Kabupaten Blora, Rembang, Grobogan, Kudus dan Jepara dinilai sebagai gaya hidup. Jika dulu hanya orang tertentu yang suka batu akik, namun di wilayah Karesidenan Pati meliputi Pati, Blora, Rembang, Grobogan dan Kudus serta Jepara sudah menjadi tolok ukur kekayaan orang-orang tertentu.

Pasalnya, saat ini banyak komunitas batu akik yang terdiri atas orang-orang besar, mulai dari PNS, anggota DPR hingga ketua dinas sampai bupati. Hal itu dinilai M Husni Arifin (29) penggemar batu akik Blora sebagai fenomena baru dalam dunia sosial politik dan ekonomi. 

“Batu akik di Blora, batu akik di Kudus, batu akik Rembang, batu akik Pati, batu akik Jepara itu sudah jadi gaya hidup. Jika dulu orang tidak memiliki batu akik tidak dianggap miskin, namun standar orang kaya atau dianggap berduit saat ini ketika bisa membeli batu akik yang mahal,” ujar dia kepada Harianblora.com, Senin (23/3/2015) siang.

Jika dulu ukuran kekayaan adalah emas dan permata, kata Husni, namun saat ini justru batu akik menyaingi emas. Pecinta batu akik jenis kecubung ini menilai, fenomena batu akik yang mewarnai dunia pasar dan ekonomi di wilayah Blora dan sekitarnya dinilai sebagai dinamika ekonomi dadakan. “Saya heran, sebelum demam batu akik pun, saya sendiri sudah pakai batu akik saat di Pondok Pesantren dulu,” ujar Husni yang juga anggota komunitas batu akik Blora.

Akan tetapi, lanjut dia, saat ini yang tidak suka pun ikut suka karena masih demam. “Setahu saya di Blora ini ada komunitas batu akik yang anggotanya adalah pejabat-pejabat,” tukas dia.

Hilangnya Mitos dan Klenik Batu Akik
Menurut Husni, berbicara batu akik saat ini bukan lagi berbicara tuah, klenik, mitos dan aura mistis, namun lebih pada keunikan, ekonomi, kapital dan gaya hidup.

“Pokoknya kalau sudah menjadi gaya hidup, apa pun akan dilakukan agar dianggap nggaya dan berwibawa,” jelas alumnus Ponpes tersebut.

Dulu, bapak saya, ujar dia, mengoleksi batu akik dengan syarat njlimet. “Batu akik milik bapak saya dulu tidak dipakai, tapi disimpan di dalam kantong kain dan dikasih makan kembang tujuh rupa dan kemenyan. Tiap 40 hari baru dikeluarkan. Kalau ada orang sakit, baru dikeluarkan dan direndam dengan air, kemudian air tersebut diminumkan kepada orang yang sakit. Tapi kan sekarang tidak urusan gitu-gituan. Namun lebih pada gaya hidup dan mengoleksi barang mewah,” jelas dia sembari menunjukkan batu akik yang ia miliki.

Kalau orang tidak memiliki batu akik, jelas dia, saat ini tidak dianggap orang kaya dan berduit. “Padahal itu saya kira hanya musiman, atau bisa bertahan lama, karena memang batu akik memang benda unik. Beda dengan tumbuhan dan makhluk hidup lain,” terang dia.

Pria yang suka dengan hal-hal gaib ini mengakui, saat ini batu akik tidak ada urusannya dengan klenik. “Mungkin karena zaman sudah maju, jadi hal-hal mistis dan klenik sudah tidak terlalu dipercaya. Padahal sebenarnya memang ada, terutama pada batu akik, meskipun tidak semua batu akik memiliki kekuatan gaib,” jelasnya. (Red-Harianblora.com44/Foto: Husni).
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

1 comments:

  1. boleh2 saja menggunakan batu akik asal jangan musrik,trim artikel nya.

    ReplyDelete

Item Reviewed: Batu Akik Blora dan Se Karesidenan Pati Jadi Gaya Hidup Rating: 5 Reviewed By: Harian Blora