Harianblora.com Mengucapkan Selamat Menjalankan Puasa Ramadan&Mengajak Warga Jaga Kesehatan&Memutus Penyebaran Corona

Latest News

Kabar bahagia! bagi Anda, mahasiswa, guru, dosen dan siapapun yang ingin menerbitkan buku mudah dan murah, silakan kirim naskah ke formacipress@gmail.com dan kunjungi www.formacipress.com

Wednesday 28 January 2015

Memajukan Pesantren dengan E-Pendidikan


Mochammad Sayyidatthohirin

Oleh Mochammad Sayyidatthohirin

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tadisional yang menjadi sarana atau media bagi para tokoh dan pemuka muslim untuk mencerdaskan umat di abad 19. Melalui pesantren, mereka memanfaatkannya untuk merealisasikan perintah dakwah dari Allah dalam QS. Al-Imron: 104 sekaligus menjalankan salah satu konsep berdakwah dalam QS. Al-Nahl: 30. Menurut Amin Haedari dalam bukunya Masa Depan Pesantren, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional di mana seluruh peserta didik tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang kiai. Dengan sistem pondok, kondisi di pesantren mampu mewujudkan suasana yang tenang dan damai, sehingga para siswa di pesantren (baca: santri) bisa fokus dalam proses pembelajarannya (Ahmad Sumpeno).

Dewasa ini, sekolah model pesantren kian diminati banyak masyarakat khususnya umat muslim. Fenomena ini diperkuat dengan argumentasi Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bahwa sekarang sekolah-sekolah semakin mengarah ke model pesantren, Padahal itu di luar negeri. Sebab, banyak kalangan mulai sadar akan manfaat yang nyata dari pendidikan pesantren, sehingga peran eksistensi pesantren sebagaimana menurut M. Dian Nafi’ dalam buku Praktis Pembelajaran Pesantren menjadi semakin ‘hidup’, yaitu sebagai Lembaga Pendidikan,  Lembaga Keilmuan, Lembaga Pelatihan, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Artinya, pendidikan pesantren bisa dikatakan berhasil merealisasikan visi misinya.

Namun, dalam perkembangan kemajuan zaman pada saat ini, pesantren tidak boleh puas dengan ‘prestasi’ cemerlangnya dalam rangka mencerdaskan umat seperti keberhasilan pembuatan karya oleh Syeikh Nawawi al-Bantani yang menjadi pegangan pembelajaran di Makkah dan Madinah. Demikian pula karya Syeikh Mahfudh al-Turmusi yang berjudul Manhaj Dzawi al-Nadhar yang menjadi kitab pegangan ilmu Hadis hingga sampai jenjang perguruan tinggi. Selain itu, pesantren juga disebut sebagai “alat revolusi” dan penjaga keutuhan Negara Republik Indonesia (NRI) pada masa awal kemerdekaan RI. Pada era ini, dikenal para tokoh nasional seperti KH. Wahid Hasyim (salah satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI) dan KH. Saifuddin Zuhri (Menteri Agama Era Orde Lama) yang dibesarkan melalui pesantren, juga KH. Abdurrahman Wahid yang bahkan berhasil menduduki kursi Presiden RI ke-4.

Pada saat ini, jika pesantren hanya menikmati romantisme masa lalu dan tanpa diiringi penyesuaian terhadap perkembangan zaman, pendidikan pesantren akan tertinggal. Pasalnya, pesantren hanya menjalankan sistem pendidikan yang sejak dulu diterapkan tanpa ghirah untuk “mengamandemen” sistem pendidikan pesantren demi kemajuan santri. Kalaupun ada, persentasenya sangat kecil. Apabila kondisi demikian terus dipertahankan, pesantren akan mengalami fase stagnasi karena sistem atau metode pendidikan tradisionalnya dianggap sudah tidak relevan lagi dengan tuntutan zaman. 

Padahal, pesantren dituntut untuk selalu bisa menjawab segala tantangan zaman karena dianggap masyarakat sebagai “ladang ilmu”. Konsekuensi logisnya, para perangkat pesantren yang terdiri dari kiai, ustad, santri, dan pihak lainnya harus mampu mengembangkan definisi pesantren ala Martin van Bruinessen yang mengatakan bahwa pesantren adalah untuk mentransmisikan Islam tradisional sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad lalu. Salah satu caranya yaitu dengan menerapkan pendidikan elektronik (e-pendidikan).

Dalam kacamata sebagian kelompok, saat ini pesantren dianggap menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas. Namun, sayangnya pihak pesantren kurang bisa mengikuti alur perekembangan zaman. Salah satu indikator dan buktinya ialah mayoritas pesantren belum mampu mengoptimalkan perangkat-perangkat teknologi modern untuk difungsikan dalam menunjang pendidikan santri sehingga terwujud pendidikan elektronik (e-pendidikan) seperti proyektor, email, blog, youtube, dan perangkat teknologi modern lainnya. Fakta di lapangan, saat ini pesantren hanya puas dengan menyertakan mata pelajaran yang ada di sekolah umum, diantaranya bahasa inggris. 

Bahkan, saat ini banyak pesantren termasuk Pondok Pesantren (Ponpes) Raudlatul ‘Ulum di Guyangan Trangkil Pati sedang semangat menggalakkan para santrinya supaya menggunakan bahasa inggris dalam bahasa sehari-hari. Upaya itu dilakukan dalam rangka penyesuaian kemajuan zaman yang mana bahasa Inggris sedang menjadi bahasa Internasional, sehingga setiap orang termasuk santri dituntut untuk bisa menguasainya, baik secara lisan dan tulisan. Dengan begitu, diharapkan setelah lulus dari pesantren, para santri diharapkan selain menjadi kader unggul juga mampu bersaing tidak hanya dengan orang pribumi, akan tetapi juga orang asing. Namun, jika itu saja yang dilakukan, maka setelah lulus dari pesantren santri akan mengalami “kuperisasi”. Jika demikian terjadi, maka akan membahayakan nasib santri, bahkan bangsa dan negara.

Maka, di zaman ini tidak cukup seorang santri hanya menguasai bahasa Inggris tanpa diimbangi dengan penguasaan teknologi. Sebab, hal itu akan memunculkan ketimpangan tersendiri. Menguasai bahasa inggris menjadi satu keniscayaan bagi santri selain juga harus mengasai bahasa arab. Namun, menguasai teknologi modern jauh lebih urgen. Sebab apabila santri hanya mahir berbahasa inggris, maka akan setali tiga uang dan ibarat menegakkan tali yang basah. Di masa depan, santri akan kalah bersaing dengan orang pribumi ataupun asing yang mengasai teknologi.  Sebab, pada dasarnya bahasa inggris hanyalah ilmu alat yang seringkali perlu diaktualisasikan melalui teknologi modern. 

Oleh sebab itu, seluruh perangkat pesantren terutama para ustad ataupun kiai yang berperan sebagai pendidik santri harus mau dan mampu bersinergi dalam memfungsikan perangkat teknologi modern dalam pendidikan elektronik (e-pendidikan). Dengan itu, para pendidik dalam konteks ini para ustad dan atau kiai, akan lebih mudah dalam melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhir. Selain itu juga mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya dan mengontrol kegiatan belajar peserta didik. 

Dalam praktinya, para pendidik di pesantren harus mampu memfungsikan perangkat elektronik dalam berbagai metode pembelajaran santri seperti bandongan, sorogan, hafalan, diskusi, maupun lainnya. Jika mereka masih ingin pesantren berperan sebagaimana pandangan M. Dian Nafi’, maka mereka harus mau dan mampu bersaha merealisasikan itu semua dalam pendidikan pesantren supaya tujuan pendidikan nasional dan pesantren terwujud dan menghasilkan suatu karya, sehingga terwujud pula konsep maqolah “al-‘ilmu bila ‘amalin ka al-syajarin bila tsamarin” (ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah).

Sebagai warga Indonesia dan sekaligus warga pesantren, mereka memiliki tanggung jawab besar untuk mampu mengintegrasikan antara dua sistem pendidikan dengan e-pendidikan, baik berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 31 maupun konsep pendidikan ala KH. Sahal Mahfudz yang berdasarkan kaidah ushul fiqih “al-muhafadah ‘ala al-qadim al-salih wa al-akhdh bi al-jadid al-aslah” (menjaga nilai lama yang baik dan mengadopsi hal baru yang lebih baik). Dengan begitu, peran pesantren sebagaimana disebutkan M. Dian Nafi’ akan benar-benar terwujud dan relevan dengan perkembangan zaman, yaitu insan yang terampil,  informal leader,  berorientasi keahlian, inventif (berdaya cipta), dan kreatif sehingga pesantren akan maju. Selain itu juga, para santri akan menjadi insan seutuhnya, yakni sebagai warga negara Indonesia sekaligus santri yang kafah. Wallahu a’lam bimurodihi.


Penulis adalah Qori’ Juara 1 Provinsi Jateng, Alumnus Ponpes Raudlatul ‘Ulum Pati, Peraih Beasiswa Bidikmisi UIN Walisongo Semarang.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 comments:

Post a Comment

Item Reviewed: Memajukan Pesantren dengan E-Pendidikan Rating: 5 Reviewed By: Harian Blora