Semarang, Harianblora.com – Menurut Dian Marta Wijayanti, pemerhati
pendidikan dan Tim Assessor EGRA USAID Prioritas Jawa Tengah, kini Perempuan, Dangdut dan Kampanye sudah
menjadi bagian tak terpisahkan. Menurut alumnus SMA Negeri 1 Blora ini, kampanye
umum terbuka untuk pemilu sudah menggunakan berbagai cara digunakan untuk
menarik massa simpatisan partai. “Salah satu hiburan yang tidak terelakkan
adalah musik dangdut,” ujarnya pada Harianblora.com, Selasa (16/12/2014).
Dangdut, menurut Dian, adalah musik lokal yang banyak digemari oleh
masyarakat Indonesia. Dari anak-anak, pemuda, maupun orang tua, semua menyukai
dangdut. Dangdut memang hiburan “merakyat” yang dari dulu sampai sekarang tidak
terkubur oleh perkembangan zaman. Bahkan, musik dangdut seakan berkembang mengikuti
perkembangan zaman.
“Namun yang harus disorot dalam hal ini bukan dari sisi perkembangan
dangdut, melainkan dari moralitas masyarakat dalam pertunjukan dangdut di musin
kampanye seperti ini,” katanya. Pertunjukan dangdut, ujar Dian, yang sering
digunakan para politisi dan partai untuk menarik perhatian massa memang tidak
salah. “Yang salah adalah ketika keelokan tubuh penyanyi yang notabene seorang
wanita menjadi alat memeriahkan pesta demokrasi,” papar perempuan yang lahir di
Tunjungan, Blora, tersebut.
Pemilu adalah pesta demokrasi yang harus dijalankan dengan prinsip
mendidik, jujur dan objektif. “Peran dangdut hanya menjadi godaan saja,
seringkali parpol lupa tugasnya untuk mendidik masyarakat,” jelasnya.
(Red-HB9/Foto:MY Word).
0 comments:
Post a Comment